Mari Jaga Fitrah Mereka


Al-Ustadz Abulfaruq Ayip Syafruddin

Anak-anak kecil itu bermain ceria. Mereka bercengkerama dengan teman-temannya. Suasana riang penuh kesahajaan terpantul dari wajah mereka. Tak sedikit pun terekam pada mereka raut muka kesedihan atau tertekan. Mereka berkejaran. Mereka bermain bola. Ada pula yang cuma duduk-duduk bersama temannya memperhatikan air kolam. Hari ini hari pertama mereka berkenalan dengan pondok pesantren. Sebuah dunia baru bagi mereka.


Usia sekolah adalah usia saat anak membangun relasi interpersonal yang lebih luas dan beragam. Relasi yang dulu cuma bertumpu pada keluarga, yaitu ayah, ibu, kakek, nenek, kakak, atau adik, kini relasi itu mengembang lebih luas. Keadaan inilah yang harus disadari oleh para orang tua atau pendidik. Dunia mereka kini telah berubah. Tak lagi cuma berkutat di rumah. Namun, mereka kini membuka ruang jelajah yang lebih luas.

Dampak dari ini semua, sebagai orang tua atau pendidik, harus menyiapkan diri dari perubahan-perubahan perilaku anak, perubahan konsep dalam kognisi anak, perubahan kosa kata baru, dan lain-lainnya. Perubahan-perubahan tersebut adalah akibat dari hasil interaksi antarpersonal anak dengan lingkungannya.
Lingkungan pondok pesantren tentu berbeda dengan lingkungan sekolah yang berbasis mengajarkan ilmu dunia. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan formal tentu memiliki karakteristik yang tak dimiliki oleh pendidikan yang berbasis menyiapkan anak didiknya mengejar kehidupan dunia.

Pondok pesantren yang berwawasan salaf mengupayakan agar fitrah anak terjaga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda (artinya):

“Setiap anak yang lahir berada di atas fitrah (berislam, bertauhid), kedua orang tuanyalah yang menjadikan(nya) yahudi, nasrani atau majusi (penyembah api).” (Muttafaqun ‘alaih. Hadits dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma).

Disinilah tugas kita. Menjaga fitrah tersebut agar tidak tershibghah (tercelup) warna lain dari kehidupan ini. Agar anak tidak berubah warna kognisinya dengan sekadar tahu, hafal, dan mengerti pentingnya dunia namun lupa menyiapkan bekal untuk kampung akhirat. Menjaga fitrah agar tak cuma bisa  bersemangat mengejar prestasi namun melupakan arti kejujuran, keadilan, kepedulian dan adab-adab lainnya. Singkat kata, menjaga fitrah mereka untuk tetap sebagai hamba-hamba-Nya yang taat, salih, beriman. Terjaga keislamannya, terjaga tauhidnya, tumbuh subur kecintaannya terhadap sunnah-sunnah Rasul-Nya.

Buatlah mereka senang di lingkungan pondok pesantren. Kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

  يسروا و ﻻ تعسروا بشروا و ﻻ تنفروا

“Permudahlah oleh kalian (mereka untuk belajar Islam), janganlah kalian persulit. Senangkanlah oleh kalian (mereka) dan jangan kalian menjadi penyebab (mereka) lari (dari mempelajari Islam)”.

Semoga Allah Ta’ala memberi taufiqnya. Amin.

Mari jaga fitrah mereka. Jaga dari kerusakan akibat dampak globalisasi dan pendangkalan aqidah yang kini merambah pada setiap generasi muslim. Allahu a’lam.


Disalin dari : sini

Share this:

Admin Web : .

JOIN CONVERSATION

    Blogger Comment

0 comments:

Post a Comment